08 April 2009

Beberapa Prinsip Komunikasi




Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-budaya Semakin Efektiflah Komunikasi

Seperti apakah komunikasi yang efektif? Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif jika hasilnya sudah sesuai dengan harapan para pesertanya. Salah satu contohnya ketika kita pergi ke pasar untuk membeli beras. Ketika kita sudah bertemu dengan penjual beras, maka ia akan terus menjelaskan serta mempromosikan dagangannya sampai akhirnya kita membelinya. Kita pun akan merasa puas dengan beras tersebut.
Di dunia ini, tak pernah ada dua manusia yang persis sama. Namun ada beberapa hal tertentu, seperti agama, ras/suku, tingkat pendidikan atau ekonomi serta kesamaan bahasa yang dapat mendorong orang-orang untuk saling tertarik. Ketertarikan itu mendorong adanya suatu komunikasi, hingga pada akhirnya komunikasi tersebut dapat dikatakan efektif. Namun, kesamaan bahasalah yang dapat membuat orang-orang dapat mencapai pengertian bersama. Contohnya, ketika suatu humor dalam bahasa daerah disampaikan, hanya penutur asli dan orang-orang yang bersal dari daerah yang sama yang dapat menangkap maksud humor tersebut.
Jika terdapat pernikahan yang melibatkan perbedaan status social-budaya, mereka harus berupaya lebih keras untuk menyesuaikan diri satu sama lain, seperti saling memahami dan menerima perbedaan yang ada agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif.




Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Pada dasarnya, komunikasi manusia (tatap-muka) bersifat dua-arah. Seorang pimpinan yang berbicara kepada karyawannya dalam sebuah rapat tetap dikatakan komunikasi dua-arah karena sebenarnya para karyawan itu juga menyampaikan pesan. Misalnya dalam bentuk anggukan kepala sebagai tanda setuju atau kening berkerut sebagai tanda ketidakmengertian.
Sifat sirkuler(dua-arah) pun diakui oleh beberapa pakar komunikasi seperti Frank Dance, Kincaid dan Schramn.
Komunikasi sirkuler mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara. Sender dan receiver dapat dikatakan mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.
Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua-arah), tidakan lagi bersifat linier (satu-arah).
Dalam kenyataannya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Sapaan “Halo” saja kepada seseorang melibatkan komponen-komponen yang beroperasi pada saat yang sama, mulai dari proses kimiawi dalam otak kita hingga gerakan bibir kita untuk mengeluarkan bunyi.
Namun, pada dasarnya unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helical ataupun tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam suatu tatanan tersebut, tetapi mungkin pula dalam suatu tatanan yang acak.





Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis dan Transaksional
Komunikasi merupakan proses yang sinambung (continuous), karena komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir. Contohnya, ketika seorang guru mengajar kepada murid-muridnya. Coba perhatikan, apakah komunikasinya terjadi saat guru memasuki ruangan? Ketika ia berdiri di depan kelas?Atau ketika ia memulai mengajar? Dan kapan komunikasi tersebut berakhir? Dapatkah kita mengatakan bahwa komunikasi berhenti pada saat guru juga berhenti mengajar?
Enam abad sebelum Masehi, Heraclitus menyatakan bahwa “Seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali”. Pada saat yang kedua, manusia itu sudah berbeda, begitu juga sungainya. Bahkan T.S. Eliot menulis “Apa yang kita ketahui mengenai orang lain hanyalah memoro kita mengenai saat-saat kita mengenalnya. Dan orang itu telah berubah sejak itu . . . pada setiap pertemuan kita bertemu dengan orang asng”: Fakta bahwa kata-kata tidak berubah dalam perjalanan waktu sering membutakan kita terhadap fakta bahwa realitas sudah berubah. Jadi, kita dapat berkata bahwa dalam kehidupan manusia tidak pernah saat yang sama dapat datang dua kali. Begitu jugalah komunikasi, komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah kita.
Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, (seberapa kecil pun pengaruh itu) baik lewat komunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Pernyataan sayang, pujian, ucapan selamat atau kemarahan akan membuat sikap atau orientasi mitra komunikasi kita berubah terhadap kita. Pada gilirannya, perubahan orientasinya akan membuat orientasi kita juga berubah terhadapnya, dan begitu juga seterusnya.Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah. Ada yang perubahannya sedikit, namun ada juga yang berubah secara tiba-tiba, misalnya seorang Hindu menjadi seorang Kristen.
Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi adalah proses penyandian dan penyandian-balik. Kedua proses itu terjadi secara serempak, bukan bergantian.
Sebenarnya, para peserta komunikasi merupakan sumber informasi dan masing-masing menerima pesan secara serentak. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Penelitian menunjukkan, bahwa bila Anda berusaha membujuk orang lain, maka seringkali Anda menjadi orang yang paling terbujuk.
Jadi, perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar