07 April 2009

Nasib Joki 3 in 1



Ada satu profesi yang unik di jakarta. joki 3-in-1. Profesi ini tidak dapat ditemui di tempat lain di seluruh dunia, karena sampai saat ini peraturan 3 in 1 ini hanya ada di kota Jakarta, di sepanjang jalan sudirman, jalan thamrin dan sebagian jalan gatot subroto.peraturan 3-in-1 adalah keharusan bagi kendaraan pribadi beroda empat atau lebih untuk mengangkut minimal 3 orang (termasuk pengemudinya) pada waktu tertentu di jalur – jalur protokol. Berkat adanya peraturan ini banyak joki-joki yang menawarkan jasa agar kendaraan pribadi tidak ditilang saat melintasi jalur 3-in-1.Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan pada saat-saat tertentu. pagi dari jam 7 sampai jam 10. dan sore dari jam 4 sampai jam 7 malam. hari senin sampai jumatRabu 12 Sept 2007, pukul 8 pagi.
Saya berangkat ke kampus yang terletak di Sudirman Park, tetapi saya hanya berdua dgn supir. Sementara saya harus melewati jalan Sudirman pada saat jam 3 in 1 berlaku yaitu pada pukul 8 pagi. Oleh karena itu, saya membutuhkan joki untuk melewatinya. Saya pun memilih salah satu ibu yang berdiri dipinggir jalan sambil mengacungkan jarinya. Lalu, mobil saya pun menepi dan ibu itu masuk kedalam mobil saya.Ditengah perjalanan kami mulai berbincang-bincang. Ibu yang bernama Ipah ini berasal dari Pekalongan dan ternyata sudah 6 bulan bekerja sebagai joki di daerah Farmasi, Cawang.Dia mengaku mempunyai seorang anak yang menjadi tanggung jawabnya sebagai single parents. Karena alasan itulah, ia berusaha mencukupi nafkahnya dengan bekerja sebagai joki disamping menjadi pembantu rumah tangga. Ibu Ipah memulai pekerjaanya sebagai joki pada pk 06.30 – pk 10.00 pada pagi hari. Setelah itu ia biasa langsung meanjutkan pekerjaannya yang lain sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah di kawasan Benhil. Saya pun semakin tertarik untuk mendengarkan cerita ibu Ipah lebih lanjut. Rasa penasaran ini mendorong saya untuk terus bertanya. “ Klo boleh tau, berapa pendapatan ibu sehari? Apakah itu cukup? “. Ia menjawab, bahwa minimal dalam sehari ia mendapatkan Rp.30.000,-. Itupun belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.Ibu Ipah mengaku sangat bergantung pada pekerjaannya sebagai joki ini. Ia tidak punya pilihan lain yang bisa dijalani dengan prestasi pendidikannya yang hanya tamatan SMP.Terkadang ia harus menghadapi Satpol PP yang mengadakan razia 1 bulan 2 kali, bahkan untuk menghindarinya sampai harus berlari-larian. “ Alhamdulillah neng, saya mah belum pernah ditangkep ama polisi. Klo sampe kena kita bisa ditahan di kantor polisi Kedoya.” Ucap ibu Ipah.Ibu Ipah juga bercerita, kalau polisi, bahkan jika ada pengendara mobil menaikkan joki di depan hidung si polisi, polisi tadi tidak menindak. Tapi Kamtib ini malah pernah menggebuki joki sampai mati. Selain itu, ia juga pernah bertemu pelanggan yang tidak sopan. “Ya namanya juga laki-laki neng, saya mah klo ngadepin orang kaya gitu sih langsung minta turun aja, apa nggak saya coba untuk berontak.”. Ujar ibu Ipah sambil menggerutu.Walaupun ia harus menghadapi resiko seperti itu, ia mengaku senang menjadi joki 3in1 karena ia bisa langsung mendapatkan uang dan mempunyai banyak teman sesama joki.
Sama halnya dengan nasib Riko (13). Ia telah menekuni pekerjaan sebagai joki ini selama 1 tahun lebih didaerah JL Diponegoro Menteng, karena tidak mempunyai pekerjaan lainnya.“Mak Bapak saya tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan lagi,” ujar Riko. Ia tak begitu bersemangat bercerita tentang orang tuanya.Berita tentang banyaknya joki yang terkena razia juga sempat membuat Riko menjadi ketakutan dan mengurungkan tekadnya untuk bekerja tetapi setelah dijalani ternyata tidak separah itu. Walaupun satpol PP sempat membuat Riko berlari-larian menghindarinya tapi ia sangat menikmatinya. Bagi Riko, menjadi seorang joki dapat membantu keluarganya. Ayahnya yang sudah wafat 2 tahun lalu meninggalkan ibu Riko dan dirinya. Mereka harus berjuang dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari. “Kadang-kadang saya malah tidak mendapat uang sama sekali,” ujar Riko dengan nada pesimis. Ia tidak bisa menyalahkan siapa-siapa atas keadaannya saat ini. Ia mengaku ikhlas menerima jalan hidupnya. Selain menjadi joki, Riko juga mengaku sering diajak oleh teman – temannya untuk mengamen di bis kota. Biarpun tidak menghasilkan uang sebanyak seperti menjadi joki tapi Riko senang dapat meluangkan waktu bersama dengan teman – temannya.Umumnya para joki senang menjalani pekerjaannya karena langsung mendapat uang untuk kegiatan hari itu dan juga tidak menghabiskan banyak energi. Mereka hanya berdiri di pinggir jalan raya lalu mengadahkan jari telunjuknya untuk memberikan tanda bahwa mereka memberikan jasa sebagai joki.Jam kerja menjadi joki tidak terlalu menuntut. Biasanya joki berada pada jam – jam dimana 3 in 1 sedang berlaku, yaitu pada pagi hari pk 06.30 – pk 10.00 lalu pada sore hari pk 16.30 – pk 19.00.
Pada saat bulan ramadhan seperti ini joki tetap menjalani pekerjaannya seperti biasa, tetapi tetap terlihat sedikit perubahan di sekitar jalan – jalan protokol. Joki yang ada sedikit berkurang, tidak sebanyak seperti hari biasa.Riko mengaku bahwa pada bulan puasa ini, mungkin lebih banyak orang yang ingin beramal dengan memberikan uang lebih pada joki yang disewanya. “Ya lebih seribu dua ribu ada, lumayan untuk buka puasa,” ujar Riko sumringah. Meskipun telah ada peraturan mengenai pekerjaan sebagai joki ini tetapi masih banyak mereka yang bekerja didalamnya. Selain itu juga, karena permintaan masyarakat yang tinggi terhadap joki menyebabkan semakin maraknya jasa joki di ibukota. Bukan hanya orang dewasa tetapi banyak anak – anak kecil yang sudah menjalani pekerjaan ini.Pekerjaan sebagai joki ini memang menggiurkan, mendapat uang di hari yang sama yang berkisar Rp20 ribu sampai Rp30 ribu sangat diminati oleh mereka yang memerlukannya. Dengan hanya merogoh kocek 7 ribu untuk jarak dekat dan 15 ribu untuk jarak jauh, para pengendara dapat dengan mudah melewati jalan 3 in 1.
Pemerintah menindak tegasDengan adanya kawasan 3 in 1, Gubernur Sutiyoso dan jajarannya akan mengambil alih pinggir jalanan tempat para joki 3 in 1 biasanya mencari konsumen. "Tempat joki akan kita duduki," tegas Sutiyoso. Kapolri waktu itu, Letjen (Pol) Drs Banurusman menjawab pertanyaan dua anggota DPR-RI ini mengatakan, kebijakan three in one masih terus dievaluasi. "Sampai saat ini belum ada laporan penjual jasa (joki) terlibat kriminal," kata Banurusman, yang mengisyaratkan kebijakan KPP Kawasan 3in1 tetap dilanjutkan. Meskipun peraturan three in one diberlakukan, tapi tetap tidak mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan Sudirman, Jalan Thamrin maupun Jalan Gatot Subroto. Dengan adanya pemaparan – pemaparan ini maka jasa joki pasti akan semakin diminati oleh para pengendara di Jakarta, khususnya yang melewati kawasan 3 in 1.Tidak heran jika kita melihat banyak joki yang menawarkan jasanya di sekitar pintu masuk kawasan 3 in 1 tersebut. Kebanyakan dari joki tersebut adalah orang dewasa dan juga anak – anak. Menurut KH Syamsuri, kebijakan Kawasan 3 in 1 mengundang anak-anak untuk bolos sekolah dan mencari uang dengan cara menjadi joki.Sepertinya hal itu bertentangan dengan jalan hidup Riko, yang memang sudah tidak mampu bersekolah lalu memutuskan untuk bekerja menjadi joki untuk membantu ibunya.Namun, untuk mengantisipasi terjadinya hal – hal menyimpang seperti bolos sekolah tersebut, memang seharusnya anak – anak tidak ikut bekerja sebagai joki seperti Riko. Rusdy Thahir SH dari F-KP di forum rapat kerja DPR tahun 1993 mempertanyakan, tidak adanya sanksi terhadap joki-joki penawar jasa, juga tak ada sanksi terhadap pengemudi yang membawa joki.Hal inilah yang saya pertanyakan pada Ibu Ipah. “Yah, kalau ada hukumannya juga paling hanya di kejar – kejar satpol PP,” sahut Ibu Ipah dengan tersenyum - senyum.
Pilihan hidup bagi mereka menjadi joki sudahlah menjadi pilihan hidupnya. Mereka harus mempunyai uang untuk melanjutkan hidupnya. Mungkin para joki ini tidak berfikir panjang tentang akibat yang mereka bisa dapatkan dari pekerjaan ini, mereka hanya ingin menjalani hidup sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan. “Yang penting bisa makan dan beli susu anak,” ujar Ibu Ipah memelas. Mendengar pemeparannya itu membuat hati kita pilu dan bertanya –tanya, apakah seorang joki harus diperlakukan tidak adil? Bahkan dipukuli sampai mati.Demikian juga Riko, mungkin ia memang belum seharusnya bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi ketika kehidupan memaksa kita untuk lebih keras menitinya maka pekerjaan apapun, yang halal, pasti terfikir untuk dilakukan. Selama joki tadi tidak merugikan orang lain (misalkan membuat jalanan macet, huru-hara, dsb) maka mengapa mereka harus di usir? Mereka juga melakukan kegiatan yang positif. Selain itu, Pengendara mobil yang mengambil joki, seharusnya sudah siap dengan resiko yang terjadi dengan mengambil joki, (misalkan dirampok, dsb). Karena itu adalah keinginan si pengendara mobil maka pengendara mobil juga harus berhati-hati dengan itu.Ketika ditanya mengenai perasaannya selama menjadi joki, Ibu Ipah dan Riko mempunyai jawaban yang sama. Mereka mengaku senang dengan pekerjaan ini dan tidak ingin melepaskan pekerjaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar